Teknologi Skytrain
Apa sebenarnya "teknologi SkyTrain"? Apa yang membuat sistem itu unik?
Kendali otomatisasi sistem kereta api menghilangkan kebutuhan mahal untuk driver, yang sangat meningkatkan biaya operasional.Dengan otomasi, kereta api bisa dikerahkan dengan mudah dari pusat kendali untuk merespons permintaan arus.
Pengoperasian Skytrain di Indonesia.
Di bandara Soekarno Hatta(Indonesia),baru saja mengoperasikan skytrain walaupun masih uji coba.
Skytrain merupakan kereta tanpa awak yang berfungsi agar penumpang bisa pindah dari terminal yang satu ke terminal lainnya di dalam area bandara.
Satu gerbong skytrain memiliki panjang sekitar lima sampai enam meter, dengan lebar kurang lebih dua meter.
Berbeda dengan skytrain yang ada di beberapa bandara internasional lainnya, skytrain pertama untuk Bandara Soekarno-Hatta ini menggunakan roda, bukan berbasis rel.
Teknologinya ini automated guided transit, memang masih menggunakan roda namun berjalan secara otomatis dengan sinyal-sinyal elektris.
Teknologi automated guided transit atau AGT merupakan kendaraan pengangkut tanpa pengemudi yang terdiri dari beberapa unit dan dijadikan satu rangkaian.
AGT juga menggunakan roda yang berjalan di atas jalur beton, dengan roda pengarah tambahan di sisi kiri dan kanan unit kendaraan yang menempel pada dinding beton
Dua perusahaan PT. Len dan Woojin berkonsorsium dalam penerapan teknologi skytrain. Kereta Sky train yang di produksi oleh perusahaan Woojin dari Korea selatan ini akan beroperasi tanpa awak atau APMS (Automated People Mover System), namun kereta ini tetap bisa di operasikan secara manual jika suatu saat terjadi eror. Sementara itu untuk System persinyalan, dan power skytrain ini di kerjakan oleh PT. Lens.
Kereta tanpa awak atau skytrain di Bandara Soekarno-Hatta sudah menjalani uji coba mulai Senin (14/8/2017).
Sebanyak tiga rangkaian yang masing-masing terdiri dari dua gerbong sudah berada di Terminal 3 Soekarno-Hatta, namun baru satu rangkaian saja yang diuji coba.
Untuk naik ke skytrain, penumpang harus menuju ke lantai dua Terminal 3 dan masuk ke shelter skytrain yang saat ini masih dalam proses pembangunan.
Di shelter itu, terdapat pintu khusus yang posisinya sejajar dengan pintu unit skytrain sehingga memudahkan penumpang yang akan naik.
Fasilitas dalam Skytrain
Terdapat dua pintu dalam satu trainset, dengan masing-masing pintu di tiap gerbongnya. Di dalam skytrain, hanya tersedia sedikit tempat duduk memanjang di sisi kiri dan kanan gerbong.
Seluruhnya ada enam tempat duduk di dalam satu trainset, dengan empat tempat duduk prioritas di tiap sudut gerbong dan dua tempat duduk untuk umum.
Satu tempat duduk prioritas bisa memuat tiga penumpang, sedangkan satu tempat duduk mumnya bisa digunakan untuk lima orang penumpang.
Desain gerbong yang minim tempat duduk memang disengaja dengan pertimbangan pengguna jasa bandara akan lebih banyak berdiri agar tersedia ruang lebih untuk barang bawaan.
Terdapat pegangan tangan memanjang di atap gerbong lalu beberapa tiang untuk pegangan tangan para penumpang.
Di bagian atas, tersedia beberapa layar digital berukuran kecil untuk menampilkan berbagai informasi.
Dalam uji coba yang berlangsung Selasa siang, skytrain hanya diuji coba sejauh 500 meter dari Terminal 3 sampai ke arah Terminal 2, lalu kembali lagi ke Terminal 3.
Saat skytrain dicoba kecepatannya kurang lebih 30 kilometer per jam dan masih dijalankan seorang operator.
Di sepanjang jalur beton untuk skytrain tersedia jalur pejalan kaki untuk digunuakan dalam kondisi darurat.
Kondisi darurat yang dimaksud misalnya ketika skytrain tiba-tiba berhenti atau aliran listrik terputus, sehingga penumpang bisa turun dan berjalan hingga ke terminal terdekat
Nantinya terdapat tiga rangkaian skytrain yang akan dioperasikan yang masing-masing terdiri dari dua gerbong kereta yang dapat menampung 176 orang penumpang.
No comments:
Post a Comment